Kamis, 23 Maret 2017

Macam – macam Teori di dalam Bimbingan Konseling

Macam – macam Teori di dalam Bimbingan Konseling


A.      Teori Psikoanalisis

A. Pengertian Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di dalam ketidaksadaran. Corey (2009) mengatakan bahwa Psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.

B. Sejarah Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu Sigmund Frued pada tahun 1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran, sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang munculditengah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketidaksadaran manusia. Istilah Psikoanalisis mula - mula hanya dipergunakan pada hal – hal yang berhubungan dengan Freud saja. Sampai akhir abad ke – 19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak. Sejak saat itu, Psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas.

C. Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis memiliki cirri – cirri antara lain : menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual), pengaruh dari impuls – impuls genetic (instink), pengaruh energy libido, pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber – sumber ketidaksadaran tingkah laku
- Struktur atau Organisasi Kepribadian
Frued memandang bahwa kepribadian manusia tersussun atas tiga system yang terpisah fungsinya anatara satu dan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga system itu dikenal sebagai id, ego, super ego.
v  Id     :sistem dasar kepribadian --- libido yang meliputi instink – instink manusia : seks dan agresi.                Prinsip →pemuasan diri
v  Ego :tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang siring dengan hubungan individu dengan l                         ingkungan. Ego menghubungkan individu dengan lingkungannya. Prinsip → realitas
v  Superego   : control internal, terdiri dari ;
(a) Kata hati  : apa yang seharusnya tidak dilakukan
(b) Ego ideal : apa yang seharusnya saya menjadi
                        Prinsip → moral dan kesmpurnaan

Beikut ini adalah table penjelasan tentang Id, ego, dan Superego :
ID
EGO
SUPEREGO
·Sistem asli, asal muasal dari system yang lain
·Berisi insting dan penyedia energi psikis untuk dapat beroperasinya system yang lain untuk dapat beroperasinya system yang lain
·      Hanya dunia dalam; tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas objektif
·Berkembang dari Id untuk menangani dunia eksternal.
·Memperoleh energy dari Id
·Memiliki pengetahuan baik mengenai dunia dalam maupun realitas obyektif
·Berkembang dari Ego untuk berperan sebagai tangan – tangan moral kepribadia
·Merupakan wujud internalisasi nilai – nilai orang tua
·Dikelompokkan menjadi dua : conscience (yang menghukum tingkah laku yang salah ), dan Ego ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti Id,Ego, dan Superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas obyektif

·Mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan bekerja dalam bentuk proses primer
·Tujuannya tunggal yakni mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit
·Mengikuti prinsip realita (reality principle) dan bekerja dalam bentuk proses sekunder
·Tujuannnya untuk membedakan antar fantasi dengan realita sehingga dapat memuaskan kebutuhan orgnisme. Harus dapat mengkoordinasikan kebutuhan Id, Superego dan dunia eksternal. Tujuan umumnya adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya (reproduksi).

·Mengikuti prinsip conscience dan Ego ideal
·Tujuannya membedakan antara benar dan salah  dan menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral dan memuaskan kebutuhan kesempurnaan
·Mencari kepuasan insting segera
·Menunda kepuasan insting sampai kepuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan Superego dan dunia eksternal

·Menghambat kepuasan insting
Tidak rasional
Rasional
Tidak rasional
·Beroperasi di daerah unconscious
·Beroperasi di daerah conscious, preconscious dan unconscious
·Beroperasi di daerah conscious, preconscious dan unconscious

D. Tujuan Teori Psikoanalisis
Tujuan utama konseling dalam pola piker Psikoanalisis adalah membuat kesadaran (conscious) hal – hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Sedangkan tujuan khususnya adalah membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui pengungkapan hal – hal yang tidak disadari. Proses konseling dititikberatkan pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memahami dan mengenal pengalaman – pengalaman masa kecilnya di mana pengalaman tersebut ditata, didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian klien dapat direkonstruksikan.

E. Peran dan fungsi konselor dalam pelaksanaan Teori Psikoanalisis
Dalam melakukan praktek Psikoanalisis, seorang konselor akan bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal klien dan bertindak sedikit sekali dalam memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya adalah agar klien mudah memantulkan perasaannya kepada konselor.
Hal yang penting dalam proses konseling adalah memberikan perhatian terhadap keadaan resitensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien melindungi dirinya agar perasaan trauma, dan kegagalan tidak diketahui oleh konselor.

F. Teknik – Teknik
Beberapa teknik – teknik konseling dalam teori Psikoanalisis adalah untuk membuka alam ketidaksadarannya,diantaranya :
(1) Teknik analisis Kepribadian (Case Histories)
Pendekatan Dinamika penyembuhan gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitive (libido) terhadap Ego dan bagaimana Superego menahan dorongan tersebut.
(2) Asosiasi Bebas
Adalah teknik yang member kebebasan pada klien untuk mengatakan apa saja perasaan, pemikiran dan renungan yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau logis tidaknya sehingga klien dapat terbuka dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya
(3) Analisis mimpi
Yaitu teknik untuk membuka hal – hal yang tidak disadari dan member kesempatan pada klien untuk masalah – masalah yang belum terpecahkan
(4)  Analisis resistensi
Ditujukan untuk menyadari klien terhadap alas an – alas an terjadinya resitensinya. Konselor meminta perhatian klien untuk menafsirkan resistensinya
(5)  Analisis transferensi
Teknik ini akan mendorong klien menghidupkan kembali masa lalunya sehingga member pemahaman pada klien mengenai pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini.
(6)  Interpretasi
Interpretasi merupakan pengembangan dari teknik asosiasi beba. Pada saat melakukan interpretasi, konselor membantu konseli memahami peristiwa masa lalu dan sekarang.

B.      Teori Analisis Transaksional
1)  Pengertian Analisis Transaksional
Teori Analisis Tansaksional (transactional analysis)  merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
Dengan demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang merupakan gambaran kepribadian seseorang.

2)  Sejarah Analisis transaksional
Pendekatan analisis transaksional dikembangkan oleh Eric Berne (1910-!970) yang menyelesaikan spesialisasi psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di Tentara Amerika Serikat selama tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu, ia memulai praktik psikiatri di Carmel, Calfornia. Berdasarkan hasil observasinya terhdap konseli – konseli, Berne mebuat kesimpulan tentang struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar psikiatris pada pertengahan tahun 1950-an.


3)  Konsep Dasar Analisis Transaksional
Teori Analisis Transaksional memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari empat kemungkinan posisisi hidup.
Teori ini memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah hidupnya.

4) Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya adalah :
o   Konselor membantu konseli untuk memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi            pada saat yang tepat
o   Konseli dibantu untuk menganalisis transaksi dirinya sendiri
o   Konseli dibantu untuk menjadi bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam        memilih apa yang diinginkan
o   Konseli dibantu untuk mengkaji keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas          dasar kesadaran

5)  Peran dan fungsi konselor
Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam Corey, 1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi  untuk mengatasinya (Corey,1986,p.159)
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan Goulding,1978 dalam Corey,1986,p.159)
6) Teknik – Teknik Konseling
Teknik – teknik konseling analisis transaksional banyak menggunakan teknik – teknik pendekatan Gestalt.
A)  Metode Didaktik (Didactic Methods)
Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif, prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari teori ini
B)  Kursi Kosong (Empty Chair)
Teknik ini merupakan adopsi dari teori Gestalt. Teknik ini biasanya digunakan untuk structural analysis. McNeel (1976) mendeskripsikan bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua atau orang lain pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished business masa lalu (Corey,1986,p.164).
C)  Bermain peran (Role Playing)
Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan dalam konseling kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan ini konseli berlatih dengan anggota kelompok untuk beringkah laku sesuai dengan apa yang akan di uji coba di dunia nyata.
D)   Penokohan Keluarga ( Family Modeling )
Family modeling adalah teori untuk melakukan structural analysis, yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult atau constant child.
E)  Analisis Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime )
Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual dan mengisi wakyu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time.

C.      Teori Behavioral
A. Pengertian Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan  megenai penekatan objektif dalam mempelajari manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.

B. Sejarah Behavioral
Perkembangan Behavioral diawali tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis yang dominan. Teori ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis besar, sejarah perkembangan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu :
-          Trend I      : Clasical Conditioning → Tokohnya : Ivan Petrovich Pavlov
-          Trend II    : Operant Conditioning → Tokohnya : B. F. Skinner
-          Trend III   : Kognitif → Tokohnya : Albert Bandura

C. Konsep Dasar Behavioral
Salah satu studi yang paling perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan untuk mengubah perilaku.

D. Tujuan Konseling Behavioral
Menurut Corey (2003: 202  ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum tujuan konseling behavioral adalah :
1.       Menciptakan kondisi baru pembelajar
2.       Menghapus tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
3.       Meningkatkan personality choice

E. Peran dan fungsi konselor
Peran konselor dalam konseling behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang  maladaptive dan menentukn prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu.

F.  Teknik – Teknik Konseling
Lesmana (2005) membagi teknik terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :

1.  Teknik – teknik Tingkah Laku Umum
-   Skedul penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien yang mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus – menerus bila berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus dikurangi
-  Shaping adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit – unit kecil.
-    Ekstingsi adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
2.   Teknik – teknik Spesifik
-     Desensitiasi sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan. Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk meggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana klien tidak merasa cemas.
-   Pelatihan asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.
-  Time Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif. Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam waktu singkat.
-  Implosion dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi stimulus yang mengancam  secara berulang – ulang. Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang tanpa pemberian penguatan.

D.      Teori Rational-Emotive Behavior Therapy
A.   Pengertian Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Disamping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori GABCDE.

B.    Sejarah Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Pada awalnya teori ini disebut Rational Therapy (RT), kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive (RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama Rational Emotive Therapy menjadi Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT).
Menurut Ellis, rasionalitas individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau pilihannya atau berdasarkan emosi dan perasaannya. Ellis memperkenalkan kata behavior (tingkah laku) pada teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) dengan alas an bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.

C.   Konsep Dasar
-       Asumsi Dasar
Ellis mengatakan bahwa beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasiakn pada beberapa postulat, antara lain :
o Pikiran, perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan mempengaruhi    satu sama lain
o   Gangguan emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan
o  Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara sengaja              mempengaruhi orang lain disekitarnya
o   Manusia menyakiti diri sendiri secara kognitifemosional dan tingkah laku. Individu sering berpikir      yang menyakiti diri sendiri dan orang lain
o  Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan yang i          rasional tentang kejadian tersebut
o   Kejadian irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu
o  Sebagian beasr manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan mempertahankan     gangguan emosionalnya
o   Ketika individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri

-   Proses Berpikir
Ellis berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah – masalah emosional adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT) adalah irrational belief yang dapat dikategorikan menjadi empat yaitu :
o   Demands ( tuntutan )
o   Awfulising
o   Low frustration tolerance (LFT)
o   Global evaluation of human worth

-   Teori ABC
Teori ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT), kemudian ditambahkan D dan E untuk mengakomodsi perubahan dan hasil yang diinginkan tersebut. Selanjutnya ditambahkan G yang diletakkan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadian individu  :
G :
(goals) atau tujuan – tujuan, yaitu tujuan fundamental
A :
(activating events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan individu
B :
(beliefs) atau keyakinan baik rasional maupun irasional
C :
(consequences) atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku
D :
(disputing irrational belief) atau melakukan dispute pikiran irasional
E :
(effective new philosophy of life) atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif
F :
(further action/new feeling) atau aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan baru yang dikembangkan

Contoh episode emosional yang cenderung salah menginterpretasikan kejadian dan mengakibatkan masalah
A1
Activating event – apa yang terjadi
“Saya bertemu teman dijalan, tetapi ia tidak menyapa saya”
A2
Inferences about what happene
“Dia mengacuhkan saya, dia membenci saya”
B
Belief about A
“Saya tidak berharga sebagai teman, maka saya adalah orang yang tidak berharga”
C
Reaksi:
Emosi : depresi
Tingkah laku : menghindari orang – orang (Froggatt,2005,p.1)

D.   Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling dengan teori Rational-Emotive Behvior Therapy (REBT) adalah membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan lebih produktif. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) mengajarkan individu untuk mengoreksi kesalahan untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan serta mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri.

E.  Peran dan Fungsi Konselor
Peran konselor dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah :
-          Aktif – direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan terutama pada awal konseling
-          Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung
-          Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri
-          Secara terus menerus ‘menyerang” pemikiran irasional konseli
-          Mengjak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi
-          Bersifat didaktif

F.    Teknik – Teknik Konseling
Teknik konseling dengan pendekatan Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
o   Teknik kognitif
     Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation,                didactic presentation, Socratic dialoge, vicarious experiences, dan ekspresi verbal lainnya.
o   Teknik imageri
     Strategi imaginal disputation melibatkan penggunaan imageri.setelah melakukan dispute secara          verbal, konselor meminta konseli membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi               masalah dan melihat apakah emosinya telah berbuat.
o   Teknik Behavioral
     Behavioral dispute atau risk taking, yaitu member kesempatan kepada konseli untuk mengalami           kejadian yang menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinan tersebut


E.       Teori Realitas
a.      Pengertian Teori Ralitas
Teori realitas dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai, lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.

b.      Sejarah Teori Realitas
Glasser menggunakan istilah reality therapy pada Aprl 1964 pada manuskrip yang berjudul Reality Therapy : A Realistic Approach the Young Offender.Tulisan tersebut diterbitkan pada tahun 1965 dengan judul Rality Therapy. Pada tahun 1968 Glasser mendirikan the Institute for Reality Therapy di Los Angeles.

c.       Konsep dasar Teori Realitas
Padadasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu, sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab),  Reality (kenyataan), Right (kebenaran).

d.      Tujuan Konseling
Layanan Konseling ini bertujuan untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di masa yang kan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan mampu menhadapi realitas.

e.      Peran dan fungsi Konselor
Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.

f.        Teknik – Teknik Realitas
Adapun focus utama teknik realitas adalah mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilannya dalam hidup. Menurut corey (2009), teknik – teknik yang dapat dilakukan berupa :
§  Terlibat dalam permainan peran dengan klien
§  Menggunakan humor
§  Memfrontasikan klien dan menolak alas an apapun dari klien
§  Membantu klien merumuskan rencana tindakan secara spesifik
§  Bertindak sebagai guru/model
§  Memasang batas – batas dan menyusun situasi terapi
§  Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis
§  Melibatkan diri dengan klien untuk mencari kehidupan yang lebih efektif

Rangkuman

1. Pada teori spikoanalisi lebih di tekankan pada alam bawah sadar, karena alam bawah sadar di prediksi menyimpan energi yang sangat kuat dalam mempengaruhi perilaku manusia.
2. Pada teori analisis transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari kepribadian.
3. Pada teori behavioral pengubahan perilaku nyata dapat dilakukan sesuai harapan.
4. Teori Terapi Rational Emotif cenderung berhubungan tentang tahapan-tahapan dalam melakukan suatu hal, seperti berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak.
5. Pada teori realitas tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong konseli untuk menghadapi realitas kehidupanya.

Kesimpulan

Berkembangnya teori – teori Bimbingan konseling serta Psikologi mendorong pengembangan teori – teori pendekatan klasik, sehingga munculah berbagai teori konseling. Munculnya teori – teori dalam konseling dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada, kritik terhadap teori maupun pengembangan teori.
Berdasarkan pendapat para ahli, pemahaman tentang teori – teori konseling sangat penting bagi konselor karena teori – teori konseling memberikan landasan pemahaman tentang proses konseling.


Referensi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar